SELAMAT DATANG

Rabu, 27 Mei 2009

Calon Pemimpin

Dalam setiap gerak dan langkahnya Maghfira, anak pertamaku mempunyai potensi untuk selalu jadi pemimpin bagi teman-temannya di lingkungan rumah yang mayoritas usianya dibawah dia .
Seperti hari Rabu sore tanggal, 27 Mei 2009 Maghfira dan teman-temannya bermain di depan rumah dengan permainan seolah-olah maghfira seorang guru yang mengajari siswanya bernyayi lagu daerah Aceh. Teman-temannya dengan semangat mengikutinya.
Tidak hari itu saja seringkali saya temui Fira suka bermain jadi seorang guru.
Apa karena dia anak guru yah?. Atau mungkin dia akan jadi guru seperti orangtuanya.
Jadi ingat masa kecilku , pernah bahkan sering saya mengajari teman-teman meskipun saat itu sayapun belum sekolah. Bahkan sampai saat ini tulisan saya itu masih terpampang di belakang pintu rumah tempat tinggalku dulu di Garut.
Meskipun tidak terpikir olehku untuk menjadi guru, tapi takdir menentukan bahwa saya . Alhamdulillah. Jadi Guru.

Minggu, 24 Mei 2009

Jalan-jalan ke Arboretum Situ Gede Kota Tasikmalaya, (Tempat tujuan alternatif kami berolahraga setelah Dadaha)

Hari Minggu saya dan istri beserta kedua anak kami pergi ke Situ Gede Kota Tasikmalaya untuk berolahraga. Ketika kami tiba di lokasi Situ Gede sudah banyak orang lalu-lalang jalan kaki, jogging maupun berkendara motor, mobil dan sepeda. Hari yang cerah menambah indahnya alam sehingga membuat kami semakin bersyukur akan nikmat dan karunia dari Sang Pencipta Allah SWT.
Namun sayang jalanan yang kami lalui sudah banyak yang rusak sehingga tidak nyaman untuk dijadikan tempat kami berjalan kaki disamping hilirmudiknya kendaraan motor yang membuat kami semakin tidak nyaman berada disana. Akhirya kami memutuskan untuk jalan pagi mengelilingi area situ (Arboretum) situ gede.
Dengan penuh semangat saya beserta dua anak dan Istri saya bergegas menuju ke area tersebut walau kadang sikecil Rizkia ingin di gendong. Akhirnya kami sampai di gerbang persimpangan antara jalan Irigasi dengan jalan yang mengelilingi pinggiran situ gede.
Kami melihat jalanan sudah dipasangi paping block. Dalam hati berkata Alhamdulillah sekarang kami dapat dengan leluasa berolah raga jalan kaki beserta keluarga tanpa ada gangguan hilirmudiknya kendaraan bermotor.
Belum berapa lama kami merasakan kenyamanan berjalan kaki tiba-tiba dari arah depan dan belakang kami datang motor yang menyalip kami dan para pejalan kaki lainnya, sehingga dalam hati kami bertanya “ Kok banyak motor yang lewat?. Kirain tempat ini khusus bagi pejalan kaki ?. “. Pantas diantara jalan yang dipasang paving block ada potongan batang pohon kelapa yang dipasang melintang , namun pertanyaan itu tidak kami perpanjang sebab selama perjalanan kami lalu-lalang motor sering kami jumpai.
Sayang, tempat sebagus dan seindah Arboretum situ gede yang mungkin pembuatannya ditujukan bagi para wisatawan yang ingin berolahraga atau berwisata mengelilingi situ gede yang jauh dari polusi udara dan gangguan kendaraan tidak terpenuhi.
Pengelola seharusnya tegas kepada para pengendara motor supaya tidak memasuki areal tersebut. Penduduk kota Tasikmalaya dan sekitarnya mungkin banyak yang merindukan tempat berolahraga dan rekreasi yang alami dan jauh dari polusi.
Dulu Dadaha menjadi pusat olahraga, tapi sekarang jika hari Minggu penuh dengan pedagang dan lalu lalang kendaraan bermotor.
Sekarang Situ Gede menjadi alternatif pilihan warga Kota Tasikmalaya dan sekitarnya untuk berolahraga terutama pada hari Minggu dan liburan, namun mungkin entah 2 tahun atau entah berapa lama lagi situgede dapat menjadi tempat yang nyaman untuk berolahraga dan berekreasi . Sebab sekarang saja sudah bermunculan para pedagang kakilima dan bangunan -bangunan kumuh yang berada di sekitar area Situ Gede.
Entah di mana lagi warga Kota Tasikmalaya mencari arena berolahraga dan rekreasi yang nyaman apabila situ gede telah penuh dengan hiruk pikuk orang dan lalulalang kendaran serta pedagang kakilima dan bangunan kumuh berada di mana-mana.

(De.73)

Jumat, 15 Mei 2009

Ada apa dengan Kompor Gas Gratis ???

Beberapa waktu yang lalu pemerintah telah menggulirkan program konversi Minyak tanah ke Gas dengan cara membagi-bagikan kompor gas beserta tabung gas ukuran 3 kg dengan sasaran rakyat miskin yang tidak atau belum pernah memiliki komporgas.
Tapi pada kenyataannya ketika pembagian kompor gas , banyak rakyat yang tidak tergolong miskin melayangkan protes kepada RT/RW setempat bahwa mereka tidak kebagian. Padahal kalau dilihat dari segi ekonomi dan kepemilikan kompor gas, mereka umumnya telah memiliki kompor gas yang mungkin kualitasnya jauh lebih baik dari kompor gas yang dibagikan pemerintah. Kenapa yach ???
Beberapa bulan kemudian pemerintah menggulirkan pembagian kompor gas kepada para pedagang kecil, bahkan ada pula pedagang besar. Itu masih bisa masuk akal.
Yang membuat saya bertanya-tanya saat ini pemerintah melalui perangkat lurah/desa setempat memerintahkan kepada RW/RT untuk mendata seluruh warganya untuk pengajuan komporgas yang katanya sasarannya kalangan menengah ke atas .
Padahal pemerintah berupaya dengan membuat program konversi minyaktanah ke gas untuk menghemat anggaran Negara, tapi dengan membagi-bagikan komporgas kepada kalangan mengengah ke atas yang notabene sudah memiliki komporgas yang jauh lebih baik dari yang akan dibagikan, apa itu bukannya melakukan pemborosan anggaran atau kelebihan produksi komporgas ?, ataukah ada unsur politik lain menjelang pemilu pilpres yang akan dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2009 nanti ?
Lebih herannya lagi banyak orang yang sudah memiliki kompor gas dengan tingkat ekonomi menengah ke atas masih mengharapkan akan pembagian kompor gas tersebut, bahkan dengan semangat mereka menyerahkan fotocopy Kartu Keluarga dan KTP kepada RT setempat, mungkin mereka tidak puas dengan keadaan mereka yang sudah tergolong cukup atau memang belum merasa cukup?. Tapi adapula sebagian warga yang tidak mau mengajukan kompor gas karena memang sudah memiliki dan mapan.
Walaupun rencana pembagian komporgas yang katanya ditujukan untuk kalangan menengah ke atas masih dalam tahap pengusulan namun itu mengingatkan saya akan kata-kata seorang professor dosen saya di Pascasarjana yang mengatakan bahwa Negara kita dikatakan sebagai The Beggar Nation, Bahwa sikap yang kurang baik pada rakyat Indonesia yaitu kebalikan dari pepatah “Lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah “ telah tumbuh banyak di Indonesia dari kota besar sampai kota kecil dan hal itu menjadi PR bagi pemerintah walau kadang pemerintah juga yang menumbuhkan sikap tersebut.
Mau jadi apa Negara kita kedepan ???
Ada apa dengan kompor gas gratis ?????
*) De ..73